Rabu, 04 November 2009

Transportasi Kereta Api

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Pengertian Transportasi Kereta Api

Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara.

3.2 Jenis-Jenis Transportasi Kereta Api

Dari segi propulsi (tenaga penggerak) jenis transportasi kereta api dibagi atas :

a. Kereta Api Uap

Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap air yang dibangkitkan/dihasilkan dari ketel uap yang dipanaskan dengan kayu bakar, batubara ataupun minyak bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai kereta api dan terbawa sampai sekarang. Sejak pertama kereta api dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang memakai kereta api uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan Inggris dan Belanda. Untuk menggerakkan roda kereta api uap air dari ketel uap dialirkan ke ruang dimana piston diletakkan, uap air masuk akan menekan piston untuk bergerak dan disisi lain diruang piston uap air yang berada diruang tersebut didorong keluar demikian seterusnya. Uap air diatur masuk kedalam ruang piston oleh suatu mekanime langsung seperti ditunjukkan dalam gambar. Selanjutnya piston akan menggerakkan roda mealui mekanisme gerakan maju mundur menjadi gerak putar.

b. Kereta Api diesel

Kereta api diesel dalah jenis kereta api yang bermesin diesel dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel hydrolik dan kereta api diesel elektrik.

c. Kereta Rel Listrik

Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik.

Dari segi rel jenis transportasi kereta api dibagi atas :

  1. Kereta api rel konvensional

Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum dijumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.

  1. Kereta api monorel

Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai. Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip seperti jalan layang.

Dari segi di atas/di bawah permukaan tanah jenis transportasi kereta api dibagi atas :

  1. Kereta api permukaan

Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Umumnya kereta api yang sering dijumpai adalah kereta api jenis ini.

  1. Kereta api bawah tanah (Subway)

Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan di bawah permukaan tanah (subway). Kereta jenis ini dibangun dengan membangun terowongan-terowongan di bawah tanah sebagai jalur kereta api. Umumnya digunakan pada kota kota besar (metropolitan) seperti New York, Tokyo, Paris dan Moskwa. Selain itu ia juga digunakan dalam skala lebih kecil pada daerah pertambangan

Dari segi penggunaan jenis transportasi kereta api dibagi atas :

  1. Kereta api penumpang

Kereta api penumpang adalah kereta api yang digunakan untuk mengangkut orang. Selain itu biasanya digunakan gerbong khusus untuk makan malam, gerbong tidur, gerbong surat, dan gerbong barang.

  1. Kereta api barang

Kereta api barang adalah kereta api yang digunakan untuk mengangkut barang (kargo), pupuk, hasil tambang (pasir, batu, batubara ataupun mineral), ataupun kereta api trailer yang digunakan untuk mengangkut peti kemas. Selain itu digunakan gerbong khusus untuk mengangkut ternak, ataupun tangki untuk mengangkut minyak atau komoditas cair lainnya (bahan kimia dll).

3.3 Karakteristik Kereta Api

Kereta Api sebagai angkutan massal, mempunyai karakteristik :

  • Mempunyai berat (massa) yang besar 700 sampai
  • dengan 3000 ton
  • Panjang rangkaian 300 sampai dengan 800 meter
  • Sistem adhesi antara roda baja dan jalan baja
  • Mempunyai jalur khusus dan tidak bisa berbelok
  • Tidak bisa berhenti mendadak karena kereta api
  • dengan kecepatan 80 km/jam membutuhkan jarak
  • pengereman kurang lebih 400 meter

3.4 Rel Kereta Api

Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol).

Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat e digunakan untuk bantalan beton atau semen.

Rel kereta api dilihat lebih dekat, Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.

Jenis rel berdasarkan berat, Rel yang digunakan di Indonesia menggunakan standar UIC dengan Standar:

  • Rel 25 yang berarti 25 kg/m
  • Rel 33
  • Rel 44
  • Rel 52
  • Rel 60

a. Lebar trak

Ada beberapa lebar (gauge) yang digunakan, semakin lebar semakin stabil sehingga semakin tinggi kecepatan kereta apinya. Lebar trak yang umum digunakan diantaranya [1]

· Lebar 700 mm, digunakan Kereta api Aceh, dari Besitang menuju Banda Aceh yang saat ini sudah tidak digunakan lagi.

· Lebar 1000 mm disebut juga "meter gauge", digunakan di Malaysia

· Lebar 1067 mm, atau 3 kaki 6 inci merupakan lebar rel yang digunakan secara umum di Indonesia

· Lebar 1435 mm, atau 4 kaki 8,5 inci. merupakan rel yang banyak digunakan didunia sehingga disebut juga sebagai Standar gauge

b. Penyambungan rel

Rel karena alasan transportasi menuju ke lokasi biasanya dari pabrik pembuat rel dipotong menjadi rel dengan panjang 25 m. Untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan kereta api yang berjaln diatasnya maka rel tersebut disambung. Penyambungan rel dilakukan dengan beberapa cara:

c.Las termit

Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan las termit dilokasi sehingga bisa menjadi rel yang menerus. Pengelasan menggunakan las termit dengan menggunakan bahan kimia senyawa besi yang ditempatkan diantara kedua rel kemudian bahan tersebut direaksikan pada suhu sampai mencairkan bahan kimia tersebut dan menyambung rel tersebut, sisa hasil reaksi kimia tersebut kemudian dipotong dan diratakan dengan rel.

d. Sambungan baut

Fishplate diantara 2 rel yang disambung. Pada sambungan ini digunakan suatu penyangga yang disebut sebagai fish plate yang dibaut pada kedua rel yang disambung. Dengan sambungan yang demikian terasa pada saat berjalan dalam kereta api.

3. 5 Stasiun kereta api

Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api.

Stasiun kereta api umumnya terdiri atas tempat penjualan tiket, peron atau ruang tunggu, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak daripada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu, restoran, toilet, mushalla, area parkir, sarana keamanan (polisi khusus kereta api), sarana komunikasi, depo lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Pada papan nama stasiun yang dibangun pada zaman Belanda, umumnya dilengkapi dengan ukuran ketinggian rata-rata wilayah itu dari permukaan laut, misalnya Stasiun Bandung di bawahnya ada tulisan plus-minus 709 meter.

Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujung-ujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antar kereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Pada stasiun besar, umumnya memiliki lebih dari 4 jalur yang juga berguna untuk keperluan langsir. Pada halte umumnya tidak diberi jalur tambahan serta percabangan. Pada masa lalu, setiap stasiun memiliki pompa dan tangki air serta jembatan putar yang dibutuhkan pada masa kereta api masih ditarik oleh lokomotif uap.

Karena keberadaan stasiun kereta api umumnya bersamaan dengan keberadaan sarana kereta api di Indonesia yang dibangun pada masa zaman Belanda, maka kebanyakan stasiun kereta api merupakan bangunan lama yang dibangun pada masa itu. Sebagian direstorasi dan diperluas, sedangkan sebagian yang lain ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kebanyakan kota besar, kota kabupaten, dan bahkan kecamatan di Jawa dihubungkan dengan jalur kereta api sehingga di kota-kota tersebut selalu dilengkapi dengan stasiun kereta api.

Potensi Kabupaten Enrekang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Daya Alam

a. Pertanian

Sektor pertanian sangat penting peranannya dalam perekonomian di Kabupaten Enrekang. Sektor pertanian memberi kontribusi yang paling besar terhadap PDRB. Sejak tahun 1998 sampai tahun 2002, kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB diatas 47 %. Hal ini mencerminkan bahwa perekonomian sebagian besar penduduk di wilayah ini masih mengandalkan sektor pertanian.

Keberhasilan sektor pertanian mengangkat perekonomian masyarakat didukung oleh ketersediaan sumber daya aLam yang memadai. Ketersediaan lahan yang subur memungkinkan pengembangan berbagai komoditas, baik komoditas tanaman pangan dan hortikuttura maupun berbagai komoditas pertanian lainnya.

Besarnya peranan/ kontribusi sumber daya alam dalam pengembangan sektor pertanian, tercermin dari Luas panen/luas lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian. Luas panen padi sawah pada tahun 2002 sebanyak 8.157 Ha dengan tingkat produksi mencapai 37.762.340 Kg. luas panen pada tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya, bahkan pada tahun 1999 tuas panen padi sawah mencapai 12.206 Ha. Penurunan Luas panen tersebut berdampak terhadap berkurangnya jumlah produksi dari 60.781.920 Kg pada tahun 1999 menjadi 37.762.340 Kg pada tahun 2002. Selama lima tahun terakhir, penurunan tuas panen dan jumlah produksi juga terjadi pada komoditas jagung. Pada umumnya jumlah produksi tanaman buah-bahkan tahun ini juga mengalami penurunan produksi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebaliknya bila dibandingkan dengan tahun yang lalu, beberapa jenis sayuran justru mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini sebagai akibat terjadinya peningkatan pemanfaatan sumber daya lahan.

Beberapa jenis buah-buahan yang cukup potensial di Kabupaten Enrekang adalah pepaya dan salak. Tanaman ini tersebar di hampir semua wilayah kecamatan dan menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2001, jumlah pohon pepaya sebanyak 174.398 pohon dan meningkat menjadi 177.163 pohon pada tahun 2002. Sedangkan produksi salak pada tahun 2001 mencapai 38.043,45 Kg.

Di Kab.Enrekang merupakan daerah yang dikenal mempunyai potensi disektor pertanian yang dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Bawang Merah

Produksi bawang merah di Kab. Enrekang mencapai 13.432,67 ton per tahun dan wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec.Anggeraja mencapai 4.949,51 ton per tahun dengan luas lahan tanaman 399 Ha.

2. Cabe Besar

Di Kab. Enrekang produksi Cabe merah mencapai 5.561,59 ton pertahun dan yang paling tinggi produksinya adalah wilayah Kec. Anggeraja yang dapat mencapai 1.498,22 ton pertahun dengan luas lahan tanam 229 Ha.

3. Kentang

Komoditi kentang di Kab.Enrekang mencapai 2.712,40 ton per tahun dan wilayah Kecamatan paling tinggi produksinya adalah Kec.Alla dan Kecamatan Masalle yang dapat mencapai 2.452.,09 ton pertahun dengan luas lahan tanam 155 Ha.

Demi untuk meningkatkan hasil produksi tiap tahun, Pemerintah Kabupaten Enrekang telah melakukan upaya-upaya untuk mencari investor baik dari luar negeri maupun dalam negeri agar menanamkan modalnya di bidang produksi kentang.

Terbukti Pada akhir bulan Pebruari 2008, Kelompok Tani Mesa Kada yang berdomisili di Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang, dipastikan akan melaksanakan panen akbar komoditas kentang. Panen akbar ini adalah yang pertama bagi Kelompok Tani Mesa Kada, pasca panen raya kentang yang dihadairi Sesmenristek Republik Indonesia, Tim Peniliti dari LIPI dan Universitas Hasanuddin (Unhas) di kecamatan Masalle awal Bulan ini, 8 Januari 2008 lalu.

Kurang lebih 200 ton kentang yang akan dihasilkan pada panen akbar nanti, dari luas lahan kurang lebih 15 hektar. Jenis kentang yang dihasilkan adalah kentang Donata dan kentang granola.

Sebagai tindak lanjut dari hasil komoditi tersebut, Dinas Perindustrian dan Perekonomian Rakyat Kabupaten Enrekang, melalui bidang pemasaran telah melakukan upaya untuk memasarkan hasil kentang tersebut. Menurut informasi yang kami dapatkan dari Dinas Perekonomian dan Perindustrian Daerah, sudah ada beberpa investor yang berminat untuk membeli hasil kerja keras Kelompok tani Tani Mesa Kada tersebut.

Komoditas kentang yang dihasilkan Kabupaten Enrekang ini, merupakan salah satu komoditi kentang terbaik di tanah air.

4. Tomat

Dari 9 Kecamatan di Kab. Enrekang wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Alla mencapai 2.226,62 ton pertahun

5. Wortel

Produksi Wortel di Kab. Enrekang Wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Masalle mencapai 2.226,39 ton pertahun dengan luas lahan pertahun.

6. Bawang Daun

Komoditi Bawang Daun di Kab. Enrekang wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Baroko dengan produksinya mencapai 8.929,05 ton per tahun dengan luas lahan tanam 583 Ha.

7. Jahe

Di Kab. Enrekang wilayah yang paling tinggi produksinya adalah Kec. Enrekang dengan produksi mencapai mencapai 208,43 ton pertahun dengan lahan tanam 87 Ha.

8. Kubis

Dari 9 Kecamatan di Kab. Enrekang yang paling banyak menghasilkan komoditi kubis adalah Kec. Baroko yang tersebar di dua desa yaitu Desa Baroko dan Desa Tongko, mencapai 7.089,43 ton pertahun dengan luas lahan tanam 37 Ha. Setiap minggunya sekitar 15 Ton dikirim ke luar Provinsi seperti Kalimantan, Manado dan Kendari.

9. Kopi

Penghasil kopi yang paling tinggi di Kab. Enrekang adalah Kec. Baroko dengan jumlah produksinya mencapai 2.041 ton per tahun dengan lahan tanam 3.424 Ha. Sementara lahan hamparan kopi dkawasan timur Kab.Enrekang yaitu Kec. Bungin yang luasnya diperkirakan +1.057 Ha. Masih dapat membutuhkan kehadiran investor untuk menenamkan modalnya dalam rangka pengembangan tanaman kopi jenis arabika. Kec. Bungin yang berada dibagian timur Kab. Enrekang melewati jalan lingkar adalah salah-satu kecamatan di Kab.Enrekang penghasil terbesar kopi jenis arabika.

Dari seluruh hasil pertanian diatas memerlukan pengelolaan yang lebih baik, sehingga dapat bersaing dengan hasil pertanian dunia luar. tentunya dengan mendatangkan investor yang berminat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya.

b. Kehutanan dan Perkebunan

Sektor kehutanan dan perkebunan memegang peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai tempat kehidupan tanaman dan hewan menyediakan berbagai sumberdaya hayati bagi umat manusia. Oleh karena itu kelestarian hutan perlu dijaga agar dapat memberikan manfaat secara optimal dan berkelanjutan. Selain itu hutan juga dapat memberikan kontribusi terhadap ketersediaan air dan udara sejuk yang sangat dibutuhkan umat manusia. Sebaliknya kerusakan hutan dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan hewan, tanaman dan manusia. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa kehutanan ikut memberi andil terhadap keberhasilan sektor pertanian, perdagangan, perindustrian dan sektor lainnya. Kawasan hutan di Kabupaten Enrekang cukup luas dan tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan hutan pada tahun 1999 seluas 90.150 Ha tetapi sejak tahun 2000 sampai 2002 luasnya berkurang menjad'i 87.352 Ha. Meskipun Kabupaten Enrekang memiliki hutan yang luas namun sebagian kawasan hutan tersebut sudah dikategorikan kritis. Luas hutan kritis yang ditumbuhi semak belukar mencapai 23.417 Ha atau hampir mencapai 30 % dari total Luas hutan. Bila dirinci menurut jenisnya/fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar hutan tersebut berupa hutan lindung (72.755 Ha) dan sebagian lainnya merupakan hutan produksi biasa (14.597 Ha). Pada tahun 2002 di kawasan hutan produksi tersebut diperoleh produksi jati rimba sebanyak 4.048,66 m2 dan rotan sebanyak 478 ton.

Tanaman perkebunan di Kabupaten Enrekang juga cukup beragam dan pada umumnya tersebar diberbagai kecamatan. Komoditas perkebunan yang paling banyak diusahakan adalah kopi (10.444 Ha), kakao (6.149 Ha), kemiri (2.995 Ha), jambu mente (2.313 Ha), lada (1.976 Ha) dan cengkeh (1.028 Ha). Tanaman kopi hampir ada pada setiap kecamatan namun paling banyak ditanam di Kecamatan Baraka, Alla dan Curio. Sedangkan tanaman kakao ditanam dan tersebar di seluruh kecamatan.

Tanaman vanili dan murbei, nampaknya juga memiliki prospek yang cukup baik di daerah ini, disamping karena kesesuaian lahan, juga karena kian besarnya minat masyarakat untuk mengusahakan tanaman tersebut. Besarnya permintaan dan prospek pasar yang cukup menjanjikan menjadi alasan utama bagi petani untuk mengembangkan tanaman tersebut.

c. Peternakan

1. Kawasan Utara

Populasi ternak kambing paling tinggi 33,463 ekor dari 41:375 ekor total kabupaten dan tersebar di 5 wilayah kecamatan, kerena itu di kawasan utara ditetapkan sentra agrobisnis kambing yang diperkirakan 8.000-10.000 ekor ternak kambing dalam setahun.

Sentra Pengembangan kambing BURAWA asal Australia terdapat di Kec Anggeraja lokasinya pada kampung Belalang.

Teacing Farm : merupakan sentra pelatihan peternakan dengan luas lokasi 100 Ha. Bersetifikat pemda lokasinya di Dusun Rante Limbong Kec. Curio, Bolang Kec.Maula (pusat Agrobisnis kambing).

2. Kawasan Selatan.

Tepatnya di Dusun Lekkong Kec. Cendana merupakan pusat pengembangan sapi perah sebagai sumber susu segar untuk pembuatan dangke. Akhir-akhir ini sulitnya mendapat bakalan (bibit) utamanya sapi potongan dan sapi perah namun dengan BREECHING CENTER di maiwa sangat tepat untuk mendukung suplay sapi bakalan bibit (bibit penggemukan) di kawasan utara dan sapi bakalan induk pengembangannya di kawasan selatan Kab. Enrekang.

Sedang pengembangan Ayam Ras petelur di Kec. Maiwa populasi telah mencapai 3000 ekor. Kawasan tersebut cocok untuk peternakan telur dimana sirkulasi udara belum tercemar sehingga masih kemungkinan pengembangan diperkirakan sampai 2.000.000 ekor. Hal tersebut salah satu program pemerintah pengembangan ternak berupa kerbau, sapi, kambing dan ayam tersebut, sangat diharapkan untuk meningkatkan gizi keluarga dan sebagai sumber pendapatan masyarakat khususnya masyarakat peternakdi Kab. Enrekang. Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah Kab. Enrekang yakni peningkatan pendapatan ekonomi mayarakat.

d. Sektor pariwisata

Pemerintah Kabupaten Enrekang akan meningkatkan serta memperbaiki berbagai fasilitas yang sudah dimiliki, demi menunjukkan ke dunia luar kalau Kab. Enrekang tidak kalah dengan Kab. Tana Toraja. Apalagi Kab. Enrekang adalah jalur akses ke Tanah Toraja. Hal ini memberikan peluang kepada Kabupaten Enrekang untuk menarik wisatawan untuk singgah menikmati kekayaan alam yang dimiliki. Kalau di Tana Toraja ada permandian yang sudah terkenal ke dunia internasional, di Kota Massenrempulu juga terdapat berbagai permandian serta obyek wisata lainnya seperti :

1. Permandian Alam Lewaja

Permandian Alam Lewaja mempunyai jarak 6 km dari Ibu kota Enrekang. Arah timur dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Disamping dapat menikmati kolam renang lewaja, kita dapat juga menikmati keindahan alam lewaja, dengan air yang jernih dan sejuk.

2. Villa Bampapuang

Villa tersebut sangat strategis karena lokasinya berada pada jalur menuju daerah wisata Tana Toraja yaitu 18 km arah utara Kab. Enrekang dan berada pada ketinggian 800 m diatas permukaan air laut. Di Villa ini wisatawan sering mengambil gambar keindahan "Gunung Nona".

3. Buttu Kabobong

Buttu Kabobong berada diwilayah di Desa Bambapuang kecamatan Anggeraja dengan menempuh jarak 18 km dari kota Enrekang dari arah utara menuju Tana Toraja atau sekitar 800 m dari permukaan air laut dan dapat ditempuh 20 menit perjalanan.

e. Pertambangan

Berdasarkan penelitian dan pemetaan yang pernah dilakukan di Kabupaten Enrekang dapat diketahui berbagai potensi bahan galian yang tersebar di berbagai kecamatan. Bahan galian tersebut diantaranya adalah minyak bumi, batubara, emas, perak, logam dasar (Cu, Pb, Zn), marmer, pasir kuarsa, koalin dan lain-lain. Semua sumberdaya tersebut sudah diketahui penyebarannya, namum baru sebagian bahan galian yang teridentifikasi jumlah cadangannya di setiap wilayah.

1. Minyak Bumi

Merupakan bahan galian posisi yang telah diketahui berdasarkan rembesan (seepages)

- Rembesan minyak terdapat didaerah Batu Ke’de yaitu 280 km arah barat laut dari permukaan penduduk pada pormologi dengan ketinggian 1.450m dari permukaan laut

- Rembesan minyak bumi di daerah membuka (Desa Camba dan Garepa)

2. Batu Bara

Dikenal pula dengan bahan galian fosil atau organik karena proses pembentukan berasal dari sisa kehidupan manusia masa lampau yang bertempat di dua lokasi yakni di Lapangan Batu Noni dan Lapangan Banti sebesar 405.000 ton.

3. Emas

Penyebaran Emas dan Perak dapat dijumpai di daerah aliran sungai Malua Kecamatan Malua dari desa Pinang Kecamatan Cendana.

4. Pasir Kuarsa

Berdasarkan hasil perhitungan luas dan ketebalan pasir kursa terdapat di daerah Kasambi dengan jumlah cadangan 6.000 dan daerah Pana dengan jumlah cadangan sebesar 2.400.600 m dan kecamatan Alla kampung Lumbaja sebesar 3.223.750 ton.

5. Marmer

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan cadangan dengan factor koreksi 40% maka didapatkan cadangan :

- Buntu Batu : 259.937m

- Liang Bai Eran Batu : 34.187.500 m

- Asaan : 375.000.000 m

- B. Langisan dan sekitarnya : 2.880.000.000 m

- B. Simauran Bungin : Belum ada Penyidikan

6. Batu Serpih

Bahan galian ini berwarna kecoklatan hingga ungu,bersifat plastik dan kaku bila kering dan menyerpih. Luas penyebaran bahan galian ini 682.500 dengan ketebalan 5 m bahan galian ini digunakan sebagai cat pewarna, perabot rumah tangga.

7. Kaolin

Penyebaran terdapat di dusun Pendoketan sekitar 22 km dari ibu kota Kec.Baraka. Digunakan untuk industri keramik, pembuatan bahan pemutih kertas dan lain-lain Cadangan sebesar 8.075m (20.995.00 ton).

8. Batu Gamping

Penyebaran di Lode-Londe Buttu Simaruan, Buttu Lakawang Paladang,Dusun Manggugu, Sarurang,Buttu Sarong, Tandu Batu, Surakan dan Mararin Maulu. Sedang cadangan Batu Gamping untuk 10 lokasi tersebut diatas sebesar 55.712.852.130m (133.710.821.100 ton).

9. Batu Setengah Mulia

Penyebaran dapat dijumpai Kec. Maiwa dan Dusun Malino.Gunanya untuk membuat permata dan batu perhiasan

10. Lempung Tanah Liat

Penyebaran di Kec. Maiwa kampung Pakodi, solo karaja, Kec.Bungin di desa Bungin dan desa Tindalun. Bahan galian tersebut digunakan untuk pembuatan batu bata dan genteng. Cadangan lempung sebesar.

- 55.631.732.250.m Densit 1,9 ton/m dan (106.107.271.275)

f. Sektor Perindustrian

1. Benang Sutra

- Budi daya tanaman Murbei di Kab.Enrekang terdapat di wilayah Kec.Alla,Anggeraja dan Baraka sebagai pakan ulat sutera sekitar 651 Ha.

- Jumlah petani pemelihara ulat sutera sebarnyak 1.044 kk dengan produksi kokoh 191.988 Kg.

- Pengrajin pemintal benang sutera sebanyak 735 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 1.875 orang dengan produksi rata-rata pertahun 29,5 ton.

2. Gula Merah.

- Sebagai penghasil gula merah terbanyak di Kab.1.286 unit usaha. Jumlah produksi pertahun 682.775ton atau rata-rata per bulan 57 ton.

- Harga gula batangan/bulat Rp. 7.500 s/d 8.000 s/d Rp.12.000 per Kg.

- Penyerapan tenaga kerja berjumlah 2.600 orang

3. Dangke.

Dangke merupakan makanan khas masyarakat Kab.Enrekang dimana bahan bakunya berasal dari susu sapi.

- Pengrajin Dangke di Kab.Enrekang sebanyak 182. unit usaha dalam 2 (dua) kecamatan yaitu, Enrekang dan Kec.Curio dan mempunyai binaan sebanyak 6 buah dan memproduksi susu dalam satu tahun mencapai 96.000 liter yang terdiri dari susu sapi dan kerbau.

- Harga dangke sapi Rp.5.000 s/d 7.500 sedangkan kerbau mencapai Rp.9.000 s/d 12.000 per bulan

2.2 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat

Kabupaten Enrekang menata perekonomiannya dengan mengandalkan potensi sumberdaya yang dimiliki dan kemampuannya mengembangkan potensi tersebut. Dalam menata perekonomiannya, pemerintah daerah telah melakukan berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang dapat memacu peningkatan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRBnya.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Enrekang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2002 PDRB Kabupaten Enrekang mencatat angka tertinggi yaitu Rp 526,49 milyar. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibanding PDRB pada tahun 1998 yang hanya mampu mencapai angka Rp 348,79 milyar. Meskipun PDRB telah banyak mengalami peningkatan, namun pada tahun 1999 sempat mengalami penurunan menjadi Rp 348,32 milyar. Angka tersebut menunjukkan adanya kondisi pertumbuhan fluktuatif yang semakin meningkat.

Sektor pertanian memiliki peranan besar terhadap struktur perekonomian Kabupaten Enrekang. Data sementara pada tahun 2002 menunjukkan sektor pertanian memberi kontribusi sekitar 48,09% terhadap pembentukan Produk Regional Bruto Kabupaten Enrekang. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang hanya memberikan kontribusi sebesar 16,65%. Dari data yang ada tampak bahwa sektor yang paling sedikit kontribusinya adalah sektor pertambangan dan penggalian padahal sektor ini memiliki potensi sumberdaya yang melimpah.

Kontribusi Kabupaten Enrekang terhadap pernbentukan PDRB Sulawesi Selatan masih relatif kecil. Sumbangan PDRB Kabupaten Enrekang terhadap PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2002 hanya sekitar 1,44%. Bila dilihat dari kontribusi PDRB pada tahun sebelumnya ada kecenderungan memperlihatkan angka yang fluktuatif. Sejak tahun 1998 sumbangan PDRB Kabupaten Enrekang terhadap Sulawesi Selatan sempat mencatat angka 1,59% namun terus mengalami penurunan sampai titik terendah yaitu 1,42% pada tahun 2000. Pada tahun 2001, kondisi ini semakin membaik dan terus meningkat sampai pada tahun 2002. PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam mencermati tingkat kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PDRB yang disertai dengan semakin lambannya pertumbuhan penduduk akan berdampak terhadap peningkatan PDRB perkapita. Dalam kondisi seperti ini tentu saja akan berdampak terhadap meningkatnya pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan seiring dengan peningkatan daya belinya bila tidak disertai dengan peningkatan harga barang dan jasa.

PDRB perkapita Kabupaten Enrekang berdasarkan harga berlaku pada tahun 2002 lebih memadai dibanding tahun-tahun sebelumnya. PDRB perkapita berdasarkan angka sementara pada tahun 2002 mencapai Rp 3,09 juta. Kondisi ini lebih baik dibanding dengan prestasi yang pernah dicapai pada tahun 2001 yaitu Rp 2,72 juta. PDRB perkapita Kabupaten Enrekang terus mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir ini, namun demikian pada tahun 1999 justru mengalami penurunan sebesar 1,36 %.

Profil Komoditi

No

Sektor / Komoditi

Unggulan / Tidak

Deskripsi

1

Sekunder-Industri:Industri Pengolahan Kopi

Unggulan


Bahan baku & Ketersediaan di daerah (Untuk Kom. Sekunder Tersier) Kopi (6,871.00 ton)

2

Primer-Perkebunan:Kakao

Non Unggulan

Area penanaman kakao tersebar di Kec. Enrekang, Maiwa dan Enrekang Selatan
Produksi Tahun Terakhir (2003) : 2,234.00 Ton

3

Primer-Perkebunan:Kelapa

Non Unggulan

Jenis Kelapa yang dihasilkan oleh Kabupaten Enrekang adalah kelapa dalam, yang tersebar di Kec.Enrekang, Anggeraja, Maiwa, Anggeraja timur
Produksi Tahun Terakhir (2005) : 453.00 Ton/tahun

4

Primer-Pertanian:Jagung

Non Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2005) : 5,418.00 Ton/tahun

5

Primer-Perkebunan:Cengkeh

Non Unggulan


Produksi Tahun Terakhir (2005) : 187.00 Ton/tahun

6

Primer-Perkebunan:Jambu Mete

Non Unggulan

Area penanaman Jambu Mete tersebar di Kec. Alla, Anggeraja Timur dan Maiwa
Produksi Tahun Terakhir (2003) : 1,021.00 Ton

7

Primer-Perkebunan:Lada

Non Unggulan

Area penanaman Lada tersebar di Kec. Curio, Baraka, dan Maiwa
Produksi Tahun Terakhir (2003) : 555.00 Ton