Kamis, 05 November 2009

Air Bersih Perkotaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat aktivitas kehidupan masyarakat kota yang sangat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut penduduk daerah perkotaan tidak dapat menggandalkan air dari sumber air langsung seperti air permukaan dan hujan karena kedua sumber air yang mudah dijangkau tersebut sebagian besar telah tercemar baik langsung maupun tidak langsung dari aktivitas manusia itu sendiri. Air tanah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi mempunyai keterbatasan baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu pengambilan air tanah secara berlebih tanpa mempertimbangkan kesetimbangan air tanah akan memberikan dampak lain seperti penurunan muka tanah, intrusi air asin dan lain-lain.

Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat di daerah perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut di daerah perkotaan dibangun beberapa pengolahan air bersih yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu Perusahaan Daerah Air Minum. Instansi inilah yang kemudian bertugas untuk menyiapkan air bersih dan mendistribusikannya kepada masyarakat sebagai konsumen, akan tetapi masih sulit memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan keterbatasan akan kualitas air baku dan kapasitas produksinya. Permasalahan tersebut diperparah dengan adanya kehilangan air baik secara teknis maupun non teknis.

Secara sistem maka proses tersebut tidak dapat terlepas dari berbagai faktor makro dan mikro dari sistem itu sendiri. Secara eksplisit ditunjukan pada skema sebagai bingkai dalam system yang mempengaruhi kinerja. Empat faktor yang dapat diacu sebagai faktor dominan ialah peranan pemerintah pusat, kinerja PDAM, kondisi sumber air, dan masyarakat pemakai air itu sendiri. Indicator dari masing-masing faktor memberikan pada skema tersebut yang secara spesifik mempengaruhi kenerja dari system suplesi air bersih tersebut. Sebagai contoh ialah pelayanan teknis dan administrasi dari PDAM yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak keluhan yang terdengar terhadap indikator mengakibatkan sebagian masyarakat enggan atau tidak menempatkan hasil keluaran air bersih dari PDAM sebagai prioritas utama penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Keempat faktor dominant tersebut memberikan pengaruh secara parsial dari akmulasi dengan faktor lainnya. Keterkaitan ini yang kemudian menciptakan lingkaran masalah yang sulit untuk dipecahkan, beberapa upaya yang telah dilakukan saat ini lebih merupakan penyelesaian permasalahn secara parsial tanpa memperhatikan kemungkinan akumulasi dan interakasi dengan faktor dominant yang lain, sehingga seringkali kurang efisien.

B. Rumusan Malasah

Dalam makalah yang membahas tentang peran serta atau partisipasi masyarakat sebagai salah satu elemen dalam sistem suplesi air bersih. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan pendekatan sistem secara terpadu. Berikut rumusan masalah yang di simpulkan dalam studi ini antara lain :

o Bagaimana bentuk pendekatan sistem pada sistem suplesi air bersih ?

o Bagaimana keberadaan dan partisipasi masyarakat sistem suplesi air bersih ?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini Sebagai upaya untuk mengatasi kompleksitas masalah suplesi air di daerah perkotaan, maka peran serta semua pihak sangat diharapkan untuk dapat mewujudkan harapan tersebut. makalah ini akan membahas peran serta atau partisipasi masyarakat sebagai salah satu elemen dalam sistem suplesi air bersih. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan pendekatan sistem secara terpadu.

D. Ruang Lingkup

Dalam makalah yang membahas tentang masalah pendekatan dan bentuk partisipasi masyarakat sistem suplesi air bersih. Maka ruang lingkup dalam studi ini mencakup daerah yang memiliki masalah dalam mendapatkan air bersih khususya daerah perkotaan. Kemudian di lanjutkan dengan pembuatan makalah yang membahas bentuk masalah yang terjadi di daerah perkotaan tersebut.

BAB II

DEFINISI OPERASIONAL

Dalam survey pengamatan yang dilakukan dalam studi ini diperlukan adanya definisi operasional sebagai perincian dari setiap istilah yang di ungkapkan. Berikut beberapa definisi operasional yang sehubungan dengan prasarana air bersih atau air minum :

- Air merupakan benda cair seperti yang ada di sungai, laut, sumur dan di bawah permukaan tanah.

- Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona jenuh air yaitu zona tidak jenuh air dan zona jenuh air.

- Air asin merupakan air yang berasal dari lautan dan mengandung NACL dan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan garam.

- Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air di bawah tanah, keberadaannya, peredarannya dan salurannya, persifatan kimia dan fisikax, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungan dengan makhluk hidup.

- Jaringan irigasi merupakan saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan

- Air artesisi merupakan air yang keluar dari dalam dalam tanah berdasarkan tekanan alami karena pemboran maupun tidak.

- Air limbah merupakan semua jenis air buangan yang mengandung kotoran.

- Aliran air merupakan gerakan air baik secara alami maupun karena pemompaan.

- Jaringan air bersih merupakan jaringan pipa saluran air yang mengalirkan air bersih kerumah-rumah yang di layaninya.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sistem pada Sistem Suplesi Air Bersih

Sistem suplesi air merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai elemen sistem yang saling terkait satu dengan lainnya, sehingga walaupun tulisan ini hanya akan memfokuskan pada partisipasi masyarakat dalam mewujudkan suplesi air bersih, tetapi sebagai suatu sistem masalah ini tidak dapat diselesaikan secara parsial atau dari satu sisi saja.

Sistem suplesi air mempunyai keunikan yaitu sebagian dari konsumen secara langsung mengkonsumsi bahan baku proses tersebut. Penelitian rinci mengenai ini belum sepenuhnya dilakukan tetapi berdasarkan berbagai analisis dapat disimpulkan sementara bahwa ada empat faktor dominan yang mempengaruhi yaitu :

1. Kualitas air yang kurang memadai

2. Belum terjangkau oleh jaringan distribusi

3. Biaya instalasi dan operasional yang terlalu tinggi

4. Kurang sadarnya akan pentingnya air bersih untuk kesehatan.

Faktor tersebut yang mendorong sebagian masyarakat masih memanfaatkan air baku seperti air tanah untuk keperluan sehari-hari, bahkan pada masyarakat yang tinggal ditepi sungai masih sering menggunakan air sungai untuk keperluan mandi-cuci-kakus (MCK ).

Sistem itu juga menunjukkan peran masyarakat tidak saja mendorong terwujudnya pemenuhan air bersih tetapi juga memberikan dampak negatif dari masyarakat tidak langsung terhadap sumber daya air atau secara global ganguan terhadap siklus hidrologi seperti pengundulan hutan dan penggunaan ozon. Belum lagi diperparah dengan aktivitas manusia yang secara langsung mengganggu kualitas air dengan membuang limbah cair dan padat ke dalam perairan sungai.

Secara sistem maka proses tersebut tidak dapat terlepas dari berbagai faktor makro dan mikro dari sistem itu sendiri, Empat faktor yang dapat diacu sebagai faktor dominan ialah peran Pemerintah Pusat atau Daerah, kinerja PDAM, kondisi sumber air, dan masyarakat pemakai air itu sendiri. Sebagai contoh ialah sistem pelayanan teknis dan administrasi dari PAM Jaya yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak terdengar keluhan terhadap indikator ini yang mengakibatkan sebagian masyarakat enggan atau tidak menempatkan hasil keluaran ( air bersih ) dari PDAM sebagai prioritas utama penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Keempat faktor dominan tersebut memberikan pengaruhnya secara parsial dan akumulasi dengan faktor lainnya. Kerterkaitan ini yang kemudian menciptakan “lingkaran masalah” yang sulit untuk dipecahkan, beberapa upaya yang telah dilakukan saat ini lebih merupakan penyelesaian permasalahan secara parsial tanpa memperhatikan kemungkinan akumulasi dan atau iteraksi dengan faktor dominan yang lain, sehingga seringkali kurang efisien.

Uraian di atas menegaskan bahwa untuk mewujudkan suplesi air bersih yang didambakan masyarakat di perkotaan tidak dapat diselesaikan secara parsial tetapi lebih kepada pendekatan sistem secara terpadu dengan memperhatikan faktor dominan di luar proses suplesi yang mempengaruhinya

Pengaruh masing-masing faktor dominan tidak secara rinci dijelaskan pada makalah karena lebih menitikberatkan pada keberadaan masyarakat dan partisipasinya yang akan mempengaruhi kinerja sistem suplesi air bersih di daerah perkotaan.

B. Keberadaan dan Partisipasi Masyarakat

Pentingnya keikutsertaan masyarakat dan swasta seperti yang diuraikan dalam salah satu faktor dominan di atas telah menjadi kebijakan nasional di hampir seluruh negara didunia semenjak dicetuskannya Dublin statement, di Irlandia (1992) yang kemudian diikuti oleh Agenda 21 Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sudah menjadi kebijaksanaan umum yang berisikan 4 kerangka pokok pikiran yaitu :

1. Pengelolaan secara efektif sumber air sebagai sumberdaya alam yang sifatnya holistik dikait dengan proses pembangunan sosial ekonomi dengan menjaga kelestarian sumber daya alam;

2. Pengelolaan sumberdaya air harus mengkaitkan seluruh unsur yang terlibat yaitu pemakai, perencana, dan pengambil kebijakan disemua tingkatan;

3. Mengingatkan peran wanita dalam pengelolaan dan menjaga air;

4. Air memiliki nilai ekonomis.

Pernyataan tersebut di atas menegaskan akan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air secara menyeluruh. Air bersih sebagai salah satu produk utama dari kegiatan pengelolaan sumberdaya air harus memperhatikan secara serius akan partisipasi masyarakat secara penuh.

Untuk membahas partisipasi masyarakat pada sistem suplesi air bersih hendaknya dilihat terlebih dahulu keberadaan masyarakat tersebut. Secara geografis dapat dipisahkan dalam kelompok masyarakat yang masing-masing mempunyai perannya dalam mendukung dan menghambat sistem. Dikaji dari pola aliran sungai maka dapat dipisahkan kelompok masyarakat yang tinggal di hulu sungai, tepi sungai, muara, dan pantai. Sementara dipandang dari pola pemukiman dan kehidupannya terdapat dua kelompok utama yaitu di daerah urban dan rural. sketsa pada gambar 2 memisahkan adanya masyarakat urban yang telah memanfaatkan air bersih dari pengolahan air, tetapi adapula yang masih memanfaatkan air tanah secara langsung. Masing-masing kelompok tersebut mempunyai peran yang berbeda sehingga tidak dapat digeneralisasi suatu pola untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada suatu perkotaan.

Aktivitas keseharian yang mendukung dan menghambat kinerja sistem suplesi air sangat berbeda berdasarkan letaknya terhadap sumber air baku dan pada pemanfaatan distribusi air. Sebagai contoh apabila akan dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di daerah tepi sungai akan sangat berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pantai. Contoh ini memberikan penekanan bahwa partisipasi masyarakat tidaklah dapat diharapkan “seragam” akan tetapi “beragam” sesuai dengan perannya pada sistem suplesi dan adanya keterpaduan antar kelompok. Secara parsial dalam setiap kelompok memang dapat digunakan pendekatan sebab – akibat untuk mereduksi ganguan terhadap suplesi air bersih, akan tetapi pengaruh faktor makro akan berperan sangat besar pada penyelesaian masalah secara mendasar, misalnya konsistensi pada penerapan Kebijakan pelestarian lingkungan.

Secara teoritis perlunya pendekatan partisipasi masyakat dijabarkan oleh Piers Blake dan Harold Broofield (1987) dalam bukunya Land Degradation and Society dikutip dari Kadri (1998) bahwa “ we must put the land manager ‘center stage’ in the explanation, and learn from the land manager ‘perceptions of their problem’” yang mengartikan bahwa perlu meletakan masyarakat sebagai land manager atau menjadi pusat pengaturan setiap permasalahan dan berdasarkan persepsi dasar masyarakat tersebut.

Metoda pendekatan partisipatif yang berkembang pada perioda 1990 ialah Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dikembangkan dari metoda Rapid Rural Appraisal (RRA) yang terlebih dahulu dikenal. Pada pengembangannya partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisa, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah masyarakat. Robert Chambers (1996) dalam Kadri (1998) mengartikan partisipasi sebagai “Suatu pendekatan dan metoda untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa”. Definisi ini memberikan pencerahan akan perlunya memperhatikan masyakat yang terlihat didalamnya dalam proses pengelolaan suatu sumber daya.

Berkaitan dengan pemahaman akan partisipasi di atas, maka makin kuat akan ketergantungan penyediaan air bersih terhadap masyarakat sebagai faktor dominan. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk dapat mengkaitkan masyarakat secara menyeluruh dalam sistem penyediaan air bersih seperti peningkatan pemahaman akan perlunya air bersih, kelestarian sumberdaya air baku, pemeliharaan terhadap sarana prasarana air bersih, dll. Peningkatan pemahaman akan berbagai hal tersebut harus dilakuan secara dini dan mendasar artinya perlu adanya pendekatan terstruktur dan terprogram. Usaha untuk meningkatkan partisipasi masyakat seyogyanya dilaksanakan oleh berbagai pihak yang terkait seperti pengelolaan sumberdaya air, pendidik, pemerintah daerah, pemuka agama, pemuka adat dan lain-lain.

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang tentunya bukan merupakan jawaban nyata terhadap harapan terwujudnya suplesi air bersih di perkotaan, tetapi lebih memberikan gambaran akan pola pendekatan yang dapat diambil apabila akan dilakukan langkah nyata.

1. Untuk mewujudkan suplesi air bersih yang didambakan masyarakat tidak dapat diselesaikan secara parsial tetapi lebih kepada pendekatan sistem secara terpadu dengan memperhatikan faktor dominan di luar proses suplesi yang mempengaruhinya.

2. Masyarakat dapat dipisahkan dalam kelompok yang masing-masing mempunyai perannya yang berbeda dalam mendukung dan menghambat sistem suplesi air bersih.

3. Partisipasi masyarakat tidaklah dapat diharapkan “seragam” akan tetapi “beragam” sesuai dengan perannya dan perlu adanya keterpaduan antar kelompok.

Sedangkan permasalahan mulai muncul pada produk kualitas air sungai dan air tanah kurang memenuhi syarat . Banyak orang membuang sampah, kotoran maupun limbah ke sungai. Bahkan ada cairan limbah berbahaya dengan menanam di kedalaman beberapa meter.

B. Saran

Masyarakat sebaiknya memelihara sumber-sumber air bersih agar dalam kehidupan terjadi keseimbangan antara kebutuhan air bersih dan perkembangan kota. Karena terciptanya kota yang cantik tapi bermasal dengan air bersih akan sia-sia karena asupan air sangat berperan penting dalam menjaga kesejahtraan masyarakat.

Masyarakat khususya daerah hulu sebaiknya memelihara hutan yang menjadi tempat cadangan air. Sehingga tercipta suasana dimana pada musim hujan tidak terjadi banjir dengan kualitas air yang tidak hiegenis serta kecukupan air pada saat musim kemarau. Bentuk kesadaran masyarakat memang sangat di perlukan mengingat tindakan pemerintah tidak berarti apa-apa jika bentuk pemeliharaan dari masyarakat tidak ada. Di samping itu pemerintah harus gencar sosialisai dan perluasan jaringan air bersih pada suatu wilayah khususnya daerah perkotaan.