Jumat, 18 Desember 2009

Bili-Bili


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peranan Bendungan Bili-Bili
Daerah hulu yang menjadi kunci utama dalam menjaga kelstarian air memang perlu mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Kerena kerusakan-kerusakan yang terjadi di daerah hulu akan di rasakan oleh daerah hilir. seperti kerusakan hutan kekurangan air di musim kemarau akan terjadi dan kelebihan air (banjir) akan di rasakan pada musim hujan.
Tentu saja ini merupakan masalah yang serius mengingat kelestarian alam merupakan prioritas utama dalam zaman modern ini. Untuk kota Makassar khususnya ruang terbuka hijau sudah sangat jarang dijumpai karena perkembangan kota yang tidak memperhatikan dampak yang akan terjadi dimasa mendatang. Banjir, kekeringan, gersang dan berpolusi menjadi ciri khas kota Makassar padahal perkembangan kota yang ideal tidak selamanya menonjolkan banyak gedung melainkan bagaimana menyeimbangkan tingkat kesesuaian lahan terhadap perkembangan kota.
Inisiatif untuk mengendalikan sedimen gunung Bawakareng dan pengaturan sungai Jenneberang mulai dilakukan akibat longsong yang terjadi di gunung Bawakaraeng dan badai besar sungai Jenneberang terjadi pada tahun 2004 dan 2005. Pembuatan reservoad atau penampungan air yang mulai dibicarakan pada fase I pada tahun 1978 merupakan rencana yang pelaksaannya pada tahun 1995-2001 yang sekarang dikenal dengan Bendungan Bili-Bili.
Adapun peranan bendungan Bili-Bili Kelurahan Bili-Bili Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa antara lain :
·         Memperbaiki kondisi yang disebabkan oleh banjir yang terjadi di Makassar dan sekitarnya dengan melaksanakan perbaikan sungai, perbaikan sistem drainase dan pengaturan aliran debit banjir dengan membangun bendungan.
·         Pengembangan sumber daya air dengan menampung air sungai untuk memenuhi kebutuhan air baku, irigasi dan tenaga listrik.
Berikut kapasitas bendungan Bili-Bili Kelurahan Bili-Bili Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa antara lain :
·          Kapasitas total                        375.000.000 m3
·         Kapasitas efektif         346.000.000 m3
·         Kapasitas banjir           41.000.000 m3
·         Alokasi air irigasi        27.000.000 m3
·         Kapasitas air beku       35.000.000 m3
·         Kapasitas Sedimen      29.000.000 m3
·         Tenaga listrik               20 Mw
·         Irigasi                          2,444 Ha
Dengan adanya bendungan Bili-Bili banjir di Kota Makassar dan sekitarnya bisa dikurangi serta kebutuhan air minum bisa terpenuhi. Serta energi potensial bendungan bisa membentuk energi listrik yang juga merupakan kebutuhan masyarakat. Bendungan yang bisa dikategorikan multi fungsi ini sangat berpengaruh untuk perkembangan Kota Makassar dan sekitarnya. Dan tentunya pemeliharaan bendungan ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Gowa melainkan tanggung jawab bersama untuk daerah disekitarnya seperti Kota Makassar.


 

PLTA Bili-Bili
3.2 Masalah Bendungan Bili-Bili
Keberadaan suatu bendungan memang sangat membantu prasarana atau infrastruktur dalam suatu daerah tau kawasan. Maka perlu difikirkan bagaimana kemungkinan masalah apabila di buat suatu benudungan dengan harapan bahwa akan menyelesaikan banyak masalah dan meminimalkan kemungkinan masalah baru yang akan muncul. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya di harapkan adanya proyeksi tentang apa yang akan terjadi kedepan.
Bencana alam merupakan salah satu faktor utama terjadinya masalah di bendungan Bili-Bili seperti longsor yang menyebabkan sedimen dari gunung Bawakaraeng  mendominasi aliran sungai Jenneberang. Akibatnya terjadi pendangkalan pada bendungan tersebut dan menyebabkan air menjadi keruh. Tentu saja ini merupakan masalah yang serius apabila selalu terjadi secara berkelanjutan dimana daya tampung atau kapasitas bendungan untuk menampung air menjadi berkurang bahkan bisa saja terjadi banjir besar-besaran di kota Makassar dan sekitarnya.
Dalam pemeliharaan bendungan berbagai cara dilakukan untuk memperpanjang usia bendungan. Mengingat masalah yang di hadapi merupakan kekuatan alam maka tak jarang  usaha yang dilakukan hilang dalam sekejab meski hanya bisa befungsi sementara waktu, contonya antara lain jembatan, penahan sedimen dan sebagainya.
Sangat disayangkan jika pemerintah tidak serius dalam menangani masalah bendungan Bili-Bili begitu pula partisipasi masyarakat sangat di harapkan paling tidak menjaga daerah hulu atau tidak melakukan pembabakan hutan yang menyebabkan volume air meluap dan menyebabkan peningkatan unsure sedimen dalam aliran sungai Jenneberang  pada saat musim hujan terjadi.












 

Kondisi aliran sungai Jeneberang                   kondisi Bendungan Bili-Bili
3.3 Posisi Bendungan Bili-Bili Ditinjau dari Aspek Geologi
Posisi bendungan merupakan faktor yang paling penting diperhatikan dalam pembuatanya dari segi apapun mengingat pengendalian atau pengaturan air tidak bisa di ucapkan saja melainkan harus ditindak lanjuti karena arah aliran air selamnya akan pada posisi yang sama yakni dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah.
Usia suatu bendungan juga ditentunkan oleh bagaimana penempatan posisi bendungan terhadap keadaan alam. Untuk itu perlu ada pertimbangan matang dan berkelanjutan untuk kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Perlu pula diketahui potensi yang di hasilakan bendungan terhadap suatu wilayah agar posisi yang ditetapkan tidak salah.
Dari aspek geologi posisi bendungan Bili-Bili memang bisa di kategorikan bermasalah karena terjadi banyak daerak patahan yang mengancam terjadinya bencana alam. Dengan proyeksi yang tidak pasti tentang kapan dan seberapa besar kemungkinan itu bisa terjadi memang bisa menjadikan posisi bendungan aman-aman saja. Tetapi peristiwa longsor gunung Bawakaraeng hingga satu bukit bisa hilang menjadikan  bendungan Bili-Bili dalam masalah yang serius dimulai dari penadangkalan dan kekeruhan.













 





















Posisi Bendungan Bili-Bili dari beberapa sisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar